Saat berbagi ilmu, kita tidak pernah berkurang, tapi bertambah.
Buat saya, fotografi hanya satu bagian dari cara bercerita.
Tentang keresahan diri, cara pandang kita akan sesuatu, isu sosial, permasalahan disekitar kita dan apa saja.
Media visual punya kekuatan lebih untuk memperhalus permasalahan, sehingga bisa diterima oleh audiens yang lebih luas.
Perspektif personal kita di visual akhirnya dilihat menjadi karya, bukan hanya celotehan semata yang sering menjadi alasan untuk debat kusir tanpa hasil.
Materi yang saat itu saya bawakan sebenarnya sederhana saja.
Sekilas tentang arah cahaya.
Sekilas tentang komposisi dan garis imajiner pada visual.
Sekilas tentang alasan memotret, ‘mau cerita apa?’
Semua ini termasuk ‘basic’ dalam teknis, melihat, berpikir akan konteks dan perspektif.
Tapi dasar ini fundamental!
Seringkali kita terlalu cepat berproses diantara dunia modern ini, ingin hasil instan dan melupakan dasar.
Tanpa dasar yang kuat, berkarya pun jadi kurang kuat.
1 jam saya berbagi tentang bagaimana cara bercerita dengan visual. Sesi ini diselingi dengan tanya jawab atau diskusi ketika ada pertanyaan yang terlintas.
Sesi berbagi dilanjutkan dengan praktek memotret.
Memotret apa saja yang mereka suka.
Biasanya saya selalu berbagi tentang membuat premis; satu kalimat ide, agar cerita mudah disampaikan dan memotret pun lebih fokus pada cerita.
Tapi kali ini saya lupa karena keasikan diskusi tentang karya bersama para peserta.
Menariknya, saat presentasi mereka bercerita dengan terstruktur.
1 kalimat idenya jelas dan mereka bisa memaknai visual dengan perspektif mereka.
Sekilas hanya foto pemandangan dengan jembatan biasa.
”Apa yang menarik?”, tanya saya dalam hati
Grup 2 bercerita tentang perjalanan yang dipenuhi banyak hal dan rintangan. Tapi jika kita tetap berjuang, pasti akan menemukan jalan atau titik terang yang menyenangkan.
Perjuangan dan rintangan mereka simbolkan pada jembatan dan sampah daun.
Kemudian hasil perjalanan menuju titik terang ada pada ujung jembatan yang secara teknis foto lebih terang. Posisinya pun berada di tengah dan komposisi garis mengarahkan kita pada titik itu.
”Saya terinspirasi Kak Anggara waktu cerita tentang garis imajiner”, ujar Grup 2 saat memilih menggunakan komposisi seperti ini.
Secara komposisi, foto ini sangat baik.
Fokus utama jelas, pada bola yang seakan ingin ditendang menuju gawang.
Grup 5 memaknai bola pada foto ini sebagai dirinya sendiri yang ingin melanjutkan perjalanan menuju tujuannya. Tapi perjalanan ini menemui rintangan yang disimbolkan pada kiper yang menghalanginya mencapai tujuan, yaitu gawang.
Terima kasih ya untuk para peserta yang sudah menginspirasi saya dan Kris yang bertugas berbagi pengalaman disana.
Senang bisa berbagi dan sama-sama terinspirasi.
Sampai jumpa di lain kesempatan ya!
Materi presentasi saya bisa didownload via link ini. Semoga bisa berguna
https://bit.ly/20221217mauceritaapa
Hasil karya semua grup peserta